Bagian Pembuka
Disadur dari tulisan AS Laksana dalam majalah Bukuni Edisi 06 Tahun I, April 2007. Mas AS Laksana memaparkan beberapa hal yang membuat cerita menjadi menarik. Apa saja itu?
Para penulis yang baik sama halnya dengan koki yang baik. Mereka memiliki resep-resep andalan dan bahan-bahan lengkap untuk dimasak.
Di bawah ini adalah resep umum yang bisa kita gunakan sesuai dengan imajinasi dan kreativitas masing-masing.
1. Segera tunjukkan persoalannya pada pembaca. Munculkan tokoh utama atau setidaknya persiapkan kemunculannya melalui peristiwa yang bakal menyeretnya ke liku-liku cerita selanjutnya.
2. Munculkan tiap karakter pada situasi yang tepat. Sebagai contoh, jika di bagian ujung kita akan menggambarkan tokoh berhasil mengalahkan musuhnya, tunjukkan di bagian awal bagaimana dia kewalahan menghadapi orang tersebut.
3. Tunjukkan "tokoh baik" dan "tokoh jahat" melalui tindak-tanduk mereka. Dengan cara ini kita bisa melibatkan emosi pembaca. Bahkan jika tokoh utamanya adalah orang yang bejat, tokoh kita bisa tetap disukai apabila kita mampu memperlihatkan perilaku-perilaku tertentu dari tokoh yang membuat pembaca jatuh hati padanya.
4. Bangunlah latar cerita yang meyakinkan, baik itu latar tempat, latar waktu, latar suasana, maupun latar sosial.
5. Bangunlah wilayah konflik. Contohnya, jika latar cerita adalah barak militer, maka bisa kita buat wilayah konfliknya adalah hubungan anah buah dan komandan.
Bagian Cerita
6. Kembangkan karakter-karakter kita melalui tindakan dan dialog. Show, don't tell, begitulah nasihat yang sering kita dengar.
7. Beri karakter kita motivasi yang cukup untuk tiap tindakan dan perkataan mereka.
8. Kembangkan plot sebagai rangkaian persoalan serius yang makin meningkat. Misalnya, tokoh kita menemukan jimat sihir di bagian awal, menghadapi musuh berat di bagian tengah, dan menghadapi bahaya kematian karena jimat sihirnya tidak berfungsi di bagian akhir.
Bagian Akhir
9. Tampilkan di bagian ini konflik yang paling besar segera setelah sesuatu berkembang sedemikian rupa dan membahayakan. Satu tindakan keliru, semuanya berantakan. Inilah yang disebut klimak, yang sebetulnya sudah tersirat sejak awal tetapi benar-benar tidak bisa diperkirakan.
Harus Diingat
10. Ingatlah bahwa tidak ada kebetulan yang terus menerus dalam sebuah cerita. Kenapa tokoh kita bernama Cleopatra, misalnya. Kenapa ia memelihara herder? Tentu saja kita bisa menulis suka-suka kita karena kita adalah Tuhan bagi cerita kita sendiri. Akan tetapi, jika kita memiliki alasan untuk semua itu, cerita kita akan lebih menarik karena menyodorkan pembaca banyak lapisan makna.
11. Pahami konvensi (kesepakatan) dan langgarlah hanya jika kita punya alasan kuat untuk hal tersebut. Misalnya, kita mau menulis cerita detektif. Bagaimana jika detektif kita adalah orang yang eksentrik, suka mabuk, bujangan, dan agresif? Umumnya begitu? Bagaimana jika detektif itu adalah seorang perempuan pemalu, suka minum wedang tape, dan mempunyai tiga anak yang masih sekolah? Tidak umum? Tetapi tokoh ini mungkin akan memberikan kejutan tersendiri. Ia memiliki sekian banyak keterbatasan, dan dengan segala keterbatasan itu ia mengatasi persoalan.
0 komentar:
Posting Komentar